Jumat, Februari 13, 2009

Meniscayakan Sebuah Harapan

Oleh : rHoMie_zF *)

Setiap manusia memiliki harapan tersendiri bagi kehidupannya, begitu pula dengan Saya dan Anda. Harapan timbul karena kebutuhan dan keinginan seseorang terhadap sesuatu.

Bagaimanakah meniscayakan sebuah harapan? Ini merupakan pertanyaan substantif yang terus menggelayuti pikiran Saya, sehingga saya coba untuk menuangkannya ke dalam rangkaian kata-kata dalam tulisan ini

Sejauh yang Saya ketahui, harapan adalah gap yang terjadi antara keinginan dan realitas. Akan tetapi, tidak bisa juga diartikan bahwa harapan hanya sekedar keinginan. Lebih dari itu, harapan adalah penantian dari sebuah usaha panjang yang telah di kerjakan untuk mencapai keinginan-keinginan tertentu.
Artinya bahwa untuk merealisasikan suatu keinginan, maka adalah suatu keharusan utk mengusahakannya. Ketika sebuah usaha telah dilakukan, maka hasil dari usaha tersebutlah yang menjadi manifestasi dari harapan Kita.

Selama ini terjadi miskonsepsi terhadap kata HARAPAN. Kebanyakan orang mengatakan bahwa harapan adalah apa yang kita inginkan untuk terjadi di masa depan. Jika demikian yang kita pahami selama ini, lalu apa bedanya HARAPAN dan ANGAN-ANGAN yang tak bertepi.

Sebagaimana yang Saya sebutkan sebelumnya, harapan itu akan muncul setelah ada usaha yang kita lakukan. Dan angan-angan atau cita-cita kitalah yang menjadi motivator untuk melakukan sebuah usaha yang akhirnya memunculkan harapan tersebut.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa harapan adalah PENANTIAN, Penantian terhadap hasil dari usaha kita, sebagaimana petani menanti panen setelah ia menebar benih. nelayan setelah ia merentangkan jala dan pelajar setelah ia belajar dengan giat dan tekun.

Penantian seperti inilah yang dinamakan HARAPAN.
Lalu, Bagaimana Cara untuk meniscayakan harapan-harapan kita..?. Harapan yang kita nantikan pasti akan terjadi, jika usaha yang kita lakukan telah optimal dan kita yakini keterwujudannya. Artinya meniscayakan sebuah harapan harus di awali dengan usaha yang optimal dan keyakinan akan keberhasilan usaha tersebut.
Inilah kuncinya.

Optimalkan kerja dan Usaha Kita..!
Yakini Keberhasilannya..!

Maka, Niscaya Harapan akan berjalan dengan langkah yang pasti, bergerak menjemput Kita..!



*) Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mulawarman, Samarinda.

Kamis, Februari 12, 2009

Historical DressCode :: Mengenang Masa-masa Indah di SMA

Kata orang, masa SMA itu adalah masa-masa yang paling berkesan. ...bener gak iach..?!
..klo aq sich ngerasanya gitu..

whateverlah.. yang pasti aq punya kenang2an yg bisa membuatku flashback ke masa SMA dulu., iuph, palagi klo bukan baju corat-coret khas lulusan.,he.he..

baju1

Meskipun pernah luntur, coz dicuci mamaku.., tp gak mengurangi nilai bersejarah yg t'kandung di dalamnya (ha.ha., lebaiyy..!)

baju2

aq ingat bgtz, waktu itu hari sabtu tanggal 16 juli 2007, ketika kelulusan di umumkan dan kamipun merayakannya dgn corat-coret seragam SMA.
Seru..!

Yang sempat Numpank Nampank di Seragamku :

B-NIE (Bupati KuKar masa depan., ha.ha, dasar awak tu Ben.. nyupani beneh..), CN+DR@, VhYa, Ucie, Eka, iCha, dEsSy, ReNy (wah, mun x ni calon dokter..), yaya, AsWat (wadak..!, mun x nie, kepala BPKD ni., ha.ha.. pa kbr boz..?!), ErNest, Putu Beruz., Selly, iFa, dEtHa, MhYa, AzaD, Fa'i (woyy, MotherFucker, he.he..), Baqi, Melva Janet, Dhuwy, Dhewy, Ocha, Upik, Emil Rf, Ayu Rf, Melly, Dinda, Gladys.. de el el. . . .

Seru dech Pokoknya..! :-)

Senin, Februari 09, 2009

Pemilu 2009 :: Liberalisasi Politik berkedok Demokrasi

Oleh : rHoMie_zF *)

Bagi sebagian masyarakat awam, Pemilu yang rutin di selenggarakan oleh negara ini tiap lima tahun sekali, tidak lebih merupakan sebuah rutinitas yang membosankan. Setiap lima tahun itu pula rakyat selalu di suguhi dengan rangkaian kata penggugah jiwa yang di janjikan oleh para calon wakil rakyat dan para calon pemimpin negeri ini. Mulai dari slogan ''Hidup adalah Perbuatan'' hingga slogan ''Saatnya hati nurani bicara'' dan slogan-slogan lainnya yang tak kalah menarik, namun pada kenyataannya tidak pernah berimplikasi positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat kita.

Spanduk-spanduk dan baju-baju beserta pernak-pernik lainnya yang memuat gambar ataupun foto wajah para calon wakil rakyat itu, terlihat selalu menghiasi suasana pelaksanaan Pemilu, tidak terkecuali pada pemilu 2009 ini. Hal ini semakin gencar dilakukan oleh para Caleg pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan bahwa keterpilihan Calon Anggota Legislatif di tentukan berdasarkan suara terbanyak. Ini berarti bahwa, kapasitas dan kemampuan intelektual seseorang belum cukup utk menjamin bahwa orang itu akan terpilih menjadi Anggota Legislatif. Akan tetapi, sosialisasi dan keterkenalan orang tersebutlah yang akan mengantarkan Dia menuju ''kursi empuk'' sebagai wakil rakyat.

Saya katakan ''kursi empuk'', karena pada umumnya masyarakat awam beranggapan bahwa posisi sebagai wakil rakyat di parlemen ''dipenuhi'' dengan berbagai fasilitas dan gaji yang tinggi. Dengan paradigma yang terbentuk semacam ini, maka tidak heran jika posisi sebagai wakil rakyat di jadikan seperti ''lapangan kerja'' baru yang menggiurkan.
Maka tidak mengherankan pula jika kita lihat, orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan kapasitas yg mumpuni pun, berlomba-lomba untuk menjadi anggota parlemen.

Keadaan seperti ini semakin meneguhkan keadaan politik pragmatis yang menggejala hampir di seluruh negeri ini. Idealisme kerakyatan yang di niscayakan oleh sistem Demokrasi menjadi rapuh dan tergerus oleh nilai-nilai Liberalisme dalam pencapaian tujuan elit- elit tertentu dalam sistem tersebut.
Demokrasi yang semula (katanya) memberikan partisipasi aktif rakyat terhadap setiap bentuk pengawasan pemerintahan, b'transformasi menjadi sistem liberal yang meneguhkan kedudukan orang-orang ber-''duit'' untuk menguasai negeri ini.

Sehingga, tidak berlebihan jika Saya katakan bahwa ajang pemilu 2009 tahun ini semakin mempertegas demokrasi borjuis dan Liberalisasi politiK.

*) Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mulawarman, Samarinda.